XtGem Forum catalog
http://1.bp.blogspot.com/-zkmQ1uQ142w/TaMLSdDOrjI/AAAAAAAAAjw/QmaOLUHuor0/s1600/imam_shahid_hasan_al_banna01_320.jpg
Biografi Hasan Al
Banna Hasan Al Banna dilahirkan di desa
Mahmudiyah kawasan Buhairah,
Mesir tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh
Ahmad al-Banna adalah seorang
ulama fiqh dan hadits. Sejak masa
kecilnya, Hasan al Banna sudah menunjukkan tanda-tanda
kecemerlangan otaknya. Pada usia
12 tahun, atas anugerah Allah, Hasan
kecil telah menghafal separuh isi Al-
Qur'an.
Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya.
Semenjak itu Hasan kecil
mendisiplinkan kegiatannya menjadi
empat. Siang hari dipergunakannya
untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan
memperbaiki jam dengan orang
tuanya hingga sore. Waktu sore
hingga menjelang tidur
digunakannya untuk mengulang
pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang
hafalan Al-Qur'an ia lakukan selesai
shalat Shubuh. Maka tak
mengherankan apabila Hasan al
Banna mencetak berbagai prestasi
gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al Banna telah
menghafal seluruh Al-Quran. Hasan
Al Banna lulus dari sekolahnya
dengan predikat terbaik di
sekolahnya dan nomor lima terbaik
di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di
perguruan tinggi Darul Ulum. Demikianlah sederet prestasi Hasan
kecil. Selain prestasinya di bidang
akademik, Ia juga memiliki bakat
leadership yang cemerlang.
Semenjak masa mudanya Hasan Al-
Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di
sekolahnya. Bahkan pada waktu
masih berada di jenjang pendidikan
i'dadiyah (semacam SMP), beliau
telah mampu menyelesaikan
masalah secara dewasa, kisahnya begini: Suatu siang, usai belajar di sekolah,
sejumlah besar siswa berjalan
melewati mushalla kampung. Hasan
berada di antara mereka. Tatkala
mereka berada di samping mushalla,
maka adzan pun berkumandang. Saat itu, murid-murid segera
menyerbu kolam air tempat
berwudhu. Namun tiba-tiba saja
datang sang imam dan mengusir
murid-murid madrasah yang
dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya, ia khawatir kalau-kalau
mereka menghabiskan jatah air
wudhu. Sebagian besar murid-murid
itu berlarian menyingkir karena
bentakan sang imam, sementara
sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa
tersebut, al Banna lalu mengambil
secarik kertas dan menulis uraian
kalimat yang ditutup dengan satu
ayat Al Qur'an, "Dan janganlah kamu
mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang
hari, sedang mereka menghendaki
keridhaan-Nya."(Q. S. Al-An'aam:
52).
Kertas itu dengan penuh hormat ia
berikan kepada Syaikh Muhammad Sa'id, imam mushalla yang
menghardik kawan-kawannya.
Membaca surat Hasan al Banna hati
sang imam tersentuh, hingga pada
hari selanjutnya sikapnya berubah
terhadap "rombongan anak-anak kecil" tersebut. Sementara para
murid pun sepakat untuk mengisi
kembali kolam tempat wudhu setiap
mereka selesai shalat di mushalla.
Bahkan para murid itu berinisiatif
untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar mushalla! Pada usia 21 tahun, beliau
menamatkan studinya di Darul 'Ulum
dan ditunjuk menjadi guru di
Isma'iliyah. Hasan Al Banna sangat
prihatin dengan kelakuan Inggris
yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di
mana umat Islam sedang mengalami
kegoncangan hebat. Kekhalifahan
Utsmaniyah (di Turki), sebagai
pengayom umat Islam di seluruh
dunia mengalami keruntuhan. Umat Islam mengalami kebingungan.
Sementara kaum penjajah
mempermainkan dunia Islam
dengan seenaknya. Bahkan di Turki
sendiri, Kemal Attaturk
memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki
dijebloskan ke penjara. Demikianlah
keadaan dunia Islam ketika al Banna
berusia muda. Satu di antara
penyebab kemunduran umat Islam
adalah bahwa umat ini jahil (bodoh) terhadap ajaran Islam. Maka mulailah Hasan al Banna
dengan dakwahnya. Dakwah
mengajak manusia kepada Allah,
mengajak manusia untuk
memberantas kejahiliyahan
(kebodohan). Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa
muridnya. Kemudian beliau
berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal
ini beliau lakukan teratur dua
minggu sekali. Beliau dengan
perkumpulan yang didirikannya "Al- Ikhwanul Muslimun," bekerja keras
siang malam menulis pidato,
mengadakan pembinaan, memimpin
rapat pertemuan, dll. Dakwahnya
mendapat sambutan luas di
kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan
buruh/petani, usahawan, ilmuwan,
ulama, dokter mendukung dakwah
beliau.
Pada masa peperangan antara Arab
dan Yahudi (sekitar tahun 45-an), beliau memobilisasi mujahid-mujahid
binaannya. Dari seluruh Pasukan
Gabungan Arab, hanya ada satu
kelompok yang sangat ditakuti
Yahudi, yaitu pasukan sukarela
Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya
terjadilah aib besar yang mencoreng
pemerintah Mesir. Amerika Serikat,
sobat kental Yahudi mengancam
akan mengebom Mesir jika tidak
menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin. Maka terjadilah sebuah
tragedi yang membuktikan betapa
pengecutnya manusia. Ribuan
mujahid Mesir ditarik ke belakang,
kemudian dilucuti. Oleh siapa? Oleh
pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja, para mujahidin yang
ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-
penjara militer. Bahkan beberapa
waktu setelah itu Hasan al Banna,
selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin
menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh
musuh-musuh Allah. Dakwah beliau bersifat internasional.
Bahkan segera setelah Indonesia
memproklamasikan
kemerdekaannya, Hasan al Banna
segera menyatakan dukungannya.
Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M.
Natsir pernah berpidato didepan
rapat Ikhwanul Muslimin. (catatan :
M. Natsir di kemudian hari menjadi
PM Indonesia ketika RIS berubah
kembali menjadi negara kesatuan). Syahidnya Hasan Al-Banna tidak
berarti surutnya dakwah beliau.
Sudah menjadi kehendak Allah,
bahwa kapan pun dan di mana pun
dakwah Islam tidak akan pernah
berhenti, meskipun musuh-musuh Islam sekuat tenaga berusaha
memadamkannya. Mereka ingin memadamkan cahaya
(agama) Allah dengan mulut
(ucapan-ucapan) mereka, dan Allah
tetap menyempurnakan cahaya-Nya
meskipun orang-orang kafir benci.
(Q. S. Ash-Shaff: 8) Masa-masa sepeninggal Hasan Al-
Banna, adalah masa-masa penuh
cobaan untuk umat Islam di Mesir.
Banyak murid-murid beliau yang
disiksa, dijebloskan ke penjara,
bahkan dihukum mati, terutama ketika Mesir di perintah oleh Jamal
Abdul Naseer, seorang diktator yang
condong ke Sovyet. Banyak pula
murid beliau yang terpaksa
mengungsi ke luar negeri, bahkan
ke Eropa. Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi
mereka di mana pun adalah bumi
Allah, di mana pun adalah lahan
dakwah. Para pengamat mensinyalir,
dakwah Islam di Barat tidaklah
terlepas dari jerih payah mereka. Demikianlah, siksaan, tekanan,
pembunuhan tidak akan
memadamkan cahaya Allah. Bahkan
semuanya seakan-akan menjadi
penyubur dakwah itu sendiri,
sehingga dakwah Islam makin tersebar luas. Di antara karya penerus perjuangan
beliau yang terkenal adalah Fi
Dzilaalil Qur'an (di bawah lindungan
Al-Qur'an) karya Sayyid Quthb.
Sebuah kitab tafsir Al-Qur'an yang
sangat berbobot di jaman kontemporer ini. Ulama-ulama kita
pun menjadikannya sebagai rujukan
terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa
Indonesia. Di antaranya adalah Al-
Qu'an dan Terjemahannya keluaran
Depag RI, kemudian Tafsir Al-Azhar karya seorang ulama Indonesia
Buya Hamka. Mengenal sosok beliau
akanlah terasa komplit apabila kita
mengetahui prinsip dan keyakinan
beliau.
Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang senantiasa beliau pegang
teguh dalam dakwahnya:
Saya meyakini: "Sesungguhnya
segala urusan bagi Allah. Nabi
Muhammad SAW junjungan kita,
penutup para Rasul yang diutus untuk seluruh umat manusia.
Sesungguhnya hari pembalasan itu
haq (akan datang). Al-Qur’an itu
Kitabullah. Islam itu perundang-
undangan yang lengkap untuk
mengatur kehidupan dunia akhirat." Saya berjanji: "Akan mengarahkan
diri saya sesuai dengan Al-Qur’an
dan berpegang teguh dengan sunah
suci. Saya akan mempelajari Sirah
Nabi dan para sahabat yang mulia."
Saya meyakini: "Sesungguhnya istiqomah, kemuliaan dan ilmu
bagian dari sendi Islam."
Saya berjanji: "Akan menjadi orang
yang istiqomah yang menunaikan
ibadah serta menjauhi segala
kemunkaran. Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mulia dan
meninggalkan akhlak-akhlak yang
buruk. Memilih dan membiasakan
diri dengan kebiasaan-kebiasaan
islami semampu saya.
Mengutamakan kekeluargaan dan kasih sayang dalam berhukum dan
di pengadilan. Tidak akan pergi ke
pengadilan kecuali jika terpaksa,
akan selalu mengumandangkan
syiar-syiar islam dan bahasanya.
Berusaha menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat
untuk seluruh lapisan umat ini."
Saya meyakini: "Seorang muslim
dituntut untuk bekerja dan mencari
nafkah, di dalam hartanya yang
diusahakan itu ada haq dan wajib dikeluarkan untuk orang yang
membutuhkan dan orang yang tidak
punya.
Saya berjanji: "Akan berusaha untuk
penghidupan saya dan berhemat
untuk masa depan saya. Akan menunaikan zakat harta dan
menyisihkan sebagian dari usaha itu
untuk kegiatan-kegiatan kebajikan.
Akan menyokong semua proyek
ekonomi yang islami, dan
bermanfaat serta mengutamakan hasil-hasil produksi dalam negeri
dan negara Islam lainnya. Tidak
akan melakukan transaksi riba
dalam semua urusan dan tidak
melibatkan diri dalam kemewahan
yang diatas kemampuan saya." Saya meyakini: "Seorang muslim
bertanggung jawab terhadap
keluarganya, diantara kewajibannya
menjaga kesehatan, aqidah dan
akhlak mereka."
Saya berjanji: "Akan bekerja untuk itu dengan segala upaya. Akan
menyiarkan ajaran-ajaran islam pada
seluruh keluarga saya, dengan
pelajaran-pelajaran islami. Tidak
akan memasukkan anak-anak saya
ke sekolah yang tidak dapat menjaga aqidah dan akhlak mereka.
Akan menolak seluruh media massa,
buletin-buletin dan buku-buku serta
tidak berhubungan dengan
perkumpulan-perkumpulan yang
tidak berorientasi pada ajaran Islam."
Saya meyakini: "Di antara kewajiban
seorang muslim menghidupkan
kembali kejayaan Islam dengan
membangkitkan bangsanya dan
mengembalikan syariatnya, panji- panji islam harus menjadi panutan
umat manusia. Tugas seorang
muslim mendidik masyarakat dunia
menurut prinsip-prinsip Islam."
Saya berjanji: "Akan bersungguh-
sungguh dalam menjalankan risalah ini selama hidupku dan
mengorbankan segala yang saya
miliki demi terlaksananya misi
(risalah) tersebut."
Saya meyakini: "Bahwa kaum muslim
adalah umat yang satu, yang diikat dalam satu aqidah islam, bahwa
islam yang memerintahkan
pemelukya untuk berbuat baik
(ihsan) kepada seluruh manusia."
Saya berjanji: "Akan mengerahkan
segenap upaya untuk menguatkan ikatan persaudaraan antara kaum
muslimin dan mengikis perpecahan
dan sengketa di antara golongan-
golongan mereka."
Saya meyakini: "Sesungguhnya
rahasia kemunduran umat Islam, karena jauhnya mereka dari
"dien" (agama) mereka, dan hal
yang mendasar dari perbaikan itu
adalah kembali kepada pengajaran
Islam dan hukum-hukumnya, itu
semua mungkin apabila setiap kaum muslimin bekerja untuk itu."